Thursday, January 7, 2010 5:02 PM
cukup syok liat okta kayak kemarin. dia kayak bukan okta yang saya kenal. saya berusaha menghibur dia, menyemangati dia, tapi nihil. awalnya, saya ikut merasa tertekan. saya marah, sedih, kecewa. pengen rasanya nangis sekenceng-kencengnya tapi ga tau kenapa saya ga bisa nangis. tapi, dengan 1 kalimat dari okta, saya bisa menangis.
saya langsung telpon panji dan panji menghibur saya. pertama mendengar cerita saya, dia diam. selanjutnya dia hanya bilang saya ini orang yang kuat dan sabar. lalu dia menyuruh saya banyak-banyak baca al quran agar saya lebih tenang. saya ga kuat, tapi saya berusaha buat tegar. saya bukan orang yang sabar, tapi keadaan yang memaksa saya buat sabar.
memang benar semua orang punya warnanya sendiri-sendiri. tergantung dari apa yang kita lihat dan saya yakin warna saya berbeda di mata tiap orang. mungkin di mata saya, orang itu benar-benar hitam. tapi saya yakin kalau dia berbeda warna di mata orang lain. seperti yang saya bilang, tergantung dari sisi mana kita lihat.
pertama sih pengennya diem aja karena kayak gini ga akan nyelesein masalah. tapi saya rasa, mereka emang bener-bener keterlaluan. mereka ga kenal papanya okta, keluarganya okta. mungkin itu adalah hal yang benar. tapi apa perlu dipublikasiin kayak gitu? itu urusan mama papanya okta. setiap orang punya alasan masing-masing. kalian ga punya hak buat bilang kayak gitu. saya pribadi yang udah ketemu sama mama papanya okta, bisa dengan tegas bilang kalau mereka itu orang baik.
please deh. kalau memang dendam sama okta, tolong maki-maki aja oktanya. jangan bawa-bawa keluarganya dia. saya tau persis apa yang dirasain okta. mungkin papanya cacat di mata orang, tapi saya tau di mata okta, papanya adalah orang yang luar biasa hebatnya. udah cukup okta & mama papanya sakit karena masa lalu. tolong jangan ditambah. sekarang, okta udah pergi dari kehidupan kalian. biarin dia hidup tenang. jangan kalian maki dia lagi.